Translate

Kamis, 28 November 2013

WARTAWAN

KATA PENGANTAR
    Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt., karena atas berkat limpahan rahmat serta karuniaNyalah, makalah yang berjudul “Wartawan” ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Makalah ini membahas tentang seluk-beluk jurnalis dalam menjalankan profesi kewartawanannya. Dimulai dengan pembahasan mengenai hakikat wartawan, definisi dan jenis-jenis wartawan, sikap dan watak wartawan, bekal kerja wartawan, karakteristik wartawan profesional, kompetensi wartawan, hingga kode etik wartawan Indonesia.
Makalah ini merupakan salah satu bentuk tanggungjawab saya sebagai mahasiswa yang memprogramkan mata kuliah “Pengantar Jurnalistik” untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan wartawan—salah satu profesi mulia yang membutuhkan profesionalisme dan dedikasi.
Wartawan bukanlah suatu profesi yang mudah. Wartawan dituntut untuk bersikap independen, loyal, cepat, dan akurat dalam memberikan informasi kepada masyarakat. Wartawan merupakan salah satu profesi yang turut membantu memperluas wawasan masyarakat terhadap banyak hal; menerangkan informasi yang masih simpang siur, serta menyampaikan fakta terhadap masalah-masalah sosial, ekonomi, politik, olahraga, dan lain sebagainya, baik yang terjadi di dalam maupun di luar negeri. Sesungguhnya tanpa wartawan, kehidupan ini terasa “kering”.
Tidak penulis pungkiri bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun khususnya dari dosen pembimbing mata kuliah “Pengantar Jurnalistik” dan para pembaca, umumnya, agar penulisan selanjutnya dapat lebih baik.
Akhirnya, penulis mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan siapa pun pembaca yang ingin memperdalam pengetahuannya terhadap seluk-beluk “wartawan”.
                            Kendari, 3 April 2012

                            Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................x i
DAFTAR ISI    ..................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................2
1.3 Tujuan..................................................................................................2
1.4 Manfaat...............................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Wartawan.................................................................................4
2.2 Definisi dan Jenis-jenis Wartawan........................................................6
2.3 Sikap dan Watak Wartawan..................................................................7
2.4 Bekal Kerja Wartawan..........................................................................9
2.5 Karakteristik Wartawan Profesional....................................................14
2.6 Kompetensi Wartawan.........................................................................19
2.7 Kode Etik Wartawan Indonesia...........................................................20

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..........................................................................................23
3.2 Saran....................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
         Pandangan klasik yang dikemukakan de Sola Pool (1972) mengenai posisi wartawan terhadap penguasa (negarawan) adalah bahwa wartawan mengkonotasikan dirinya sebagai The St. George, sementara pemerintah sebagai The Dragon. Dari jargon jurnalistik yang ada hal ini lebih dikenal dengan istilah relationship of government and the media. Jargon ini berasal dari Amerika Serikat karena di sana keadaan semacam ini sesungguhnya hanya terjadi di ibukota Washington DC dan mereka percaya hubungan dengan pemerintah memang demikian. Jadi wartawan dengan kata lain tidak bisa dipaksa untuk memberitakan sesuatu yang bersumber dari pemerintah.
           Di Amerika Serikat pers begitu bebas untuk memberitakan. Wartawan memiliki keluasaan yang besar untuk mencari dan menulis apa yang mereka suka. Di negara demokrasi, peran pers berbeda dengan negara otoriter. Di negara yang menganut sistem demokrasi, maka pers berfungsi sebagai watchdog terhadap pemerintahnya. Pers selain sebagai kawan juga adalah lawan. Hubungan antara wartawan, elit politik dan pemerintah begitu mewarnai perkembangan pers di negara demokratis, tidak terkecuali Indonesia. Meskipun pemerintah memiliki kontrol yang kuat terhadap pers, namun para wartawan/jurnalis juga memiliki aturan kebebasan seperti yang terdapat dalam Kode Etik Jurnalistik Wartawan Indonesia.
         Namun, apakah jurnalis hari ini masih tunduk dan patuh  terhadap aturan yang terdapat dalam Kode Etik Jurnalistik Wartawan Indonesia? Kenyataan yang ada di lapangan memperlihatkan masih banyak jurnalis yang belum profesional dalam menjalankan tugasnya. Misalnya, wartawan yang tidak tuntas memberitakan suatu permasalahan, wartawan yang “menjual berita” pada pihak tertentu, wartawan yang tidak moderat dalam memandang  sebuah permasalahan, dan lain sebagainya. Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya kemauan para jurnalis untuk memperbarui wawasannya tentang jurnalistik.
       Wartawan yang baik, hatinya jujur. Prinsip menghalalkan segala cara tak ada dalam kamus reportasenya. Wartawan yang handal punya ketajaman akan berita. Dia tahu kapan dan dimana mencari berita, siapa yang akan diwawancarai, pertanyaan seperti apa yang mesti ditanyakan, bagaimana mengajukannya, dan bagaimana memverifikasi hasilnya. Wartawan yang baik, bekerja lebih dari sekadar melaporkan berita. Dia bisa menggambarkan, menjelaskan, dan mengintrepertasikan kejadian-kejadian kompleks dan persoalan pelik.
        Oleh karena itu untuk menjadi wartawan profesional, seorang wartawan harus membekali dirinya dengan naluri berita, observasi, keingintahuan, mengenal berita, menangani berita, ungkapan yang jelas, kepribadian yang jelas, pendekatan yang sesuai, kecepatan, kecerdikan, teguh pada janji, daya ingat yang tajam, buku catatan, berkas catatan/referensi, kamus, surat kabar/majalah/internet/tv/radio,  dan selalu melakukan perbaikan demi kemajuan, sehingga publik sebagai “konsumen” berita akan merasa puas terhadap kinerja sang jurnalis.

1.2    Rumusan Masalah
Dengan adanya bahasan-batasan yang telah dikemukakan pada latar belakang penulisan, maka dapat dirumuskan beberapa hal yang menjadi permasalahan dalam penulisan makalah ini, yaitu sebagai berikut:
1.    Apa hakikat wartawan dalam menjalankan profesinya?
2.    Bagaimana definisi dan jenis-jenis wartawan?
3.    Bagaimana sikap dan watak wartawan dalam menjalankan tugasnya?
4.    Apa sajakah bekal kerja wartawan dalam menjalankan tugasnya?
5.    Bagaimanakah karakteristik wartawan yang profesional?
6.    Apa sajakah kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang wartawan?
7.    Apa sajakah kode etik wartawan Indonesia?

1.3    Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka penulisan makalah ini bertujuan untuk:
1.    Mengetahui hakikat wartawan dalam menjalankan profesinya.
2.    Mengetahui definisi dan jenis-jenis wartawan.
3.    Mengetahui sikap dan watak wartawan dalam menjalankan tugasnya
4.    Mengetahui bekal kerja wartawan dalam menjalankan tugasnya.
5.    Mengetahui  karakteristik wartawan yang profesional.
6.    Mengetahui  kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang wartawan.
7.    Mengetahui kode etik wartawan Indonesia.

1.4    Manfaat
Berdasarkan tujuan tersebut, maka penulisan makalah ini bermanfaat untuk:
1.    Bagi penulis. Makalah ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang hakikat jurnalis, serta seluk beluk jurnalis dalam menjalankan profesi kewartawanannya.
2.    Bagi calon wartawan dan wartawan pemula. Makalah ini bermanfaat untuk menjadi referensi sederhana tentang profesi wartawan, sebagai gambaran bahwa wartawan merupakan profesi yang mulia dan harus dikerjakan atas dasar panggilan jiwa demi memberikan pelayanan yang berkualitas terhadap masyarakat.

BAB II
PEMBAHASAN

2. 1 Hakikat Wartawan
       Wartawan datang dan pergi tetapi hanya sedikit goresan penanya yang dinanti orang. Jurnalis seperti (almarhum) Muchtar Lubis di Indonesia, Lilian Ross di Amerika, atau Robert Fisk di Inggris selalu dirindukan pembaca antara lain karena kejujurannya, pembawaannya yang menyenangkan, serta pikiran dan rasa keingintahuan mereka yang tinggi.
       Wartawan yang baik, hatinya jujur. Prinsip menghalalkan segala cara tak ada dalam kamus reportasenya. Dia berani independen, dia sadar akan kewajibannya mengumpulkan dan menerbitkan informasi untuk khalayak. Dia tak pernah mencuri-curi omongan dan bukan tipe orang yang gemar publisitas. Perkataan dan perbuatannya sama dan sejalan. Dia suka akurasi dan selalu mengecek fakta lebih dari sekali. Dia selalu berusaha melihat dua sisi dari sebuah kejadian.
        Wartawan yang handal punya ketajaman akan berita. Dia tahu kapan dan dimana mencari berita, siapa yang akan diwawancarai, pertanyaan seperti apa yang mesti ditanyakan, bagaimana mengajukannya, dan bagaimana memverifikasi hasilnya. Dia tahu bagaimana mengerahkan indra pengamatannya; bisa melihat dan mendengar apa-apa yang didengar orang-orang di jalanan. Dia tahu, dalam sekali pandang, apakah orang di hadapannya bercerita apa adanya atau sebaliknya, menyembunyikan sesuatu. Dia tahu cara menelusuri dokumen, membongkar file dan melacak setiap berkas. Dia tahu apa dan bagaimana melakukan investigasi, di bidang apapun. Dia telah menyerap keterampilan jurnalistik tertinggi: kemampuan belajar bagaimana untuk belajar. Dia seorang generalis dengan satu spesialisi: rasa ingin tahu.
         Wartawan yang baik, bekerja lebih dari sekadar melaporkan berita. Dia bisa menggambarkan, menjelaskan, dan mengintrepertasikan kejadian-kejadian kompleks dan persoalan pelik menyangkut orang per orang dan masyarakat secara keseluruhan. Dia, misalnya, bisa memahami persoalan hukum superpelik, mengerti detil teknis di bidang sains dan pertahanan militer, dan bisa menggunakan pandangan para ahli dan pakar untuk menjawab persoalan ekonomi dan politik, serta  melakukan semua itu dengan cepat.
Wartawan yang baik, tahu bahwa nyawa sebuah berita–tak peduli apapun mediumnya–terletak pada kejelasan tulisan: pendek dan kata-kata yang akrab, kalimat yang sederhana dan bahasa yang elok. Wartawan yang baik, orangnya aktif. Dia terus membuka mata dan telinga publik untuk berita.
Wartawan yang baik, orangnya teguh dan menjunjung tinggi fakta. Ideologinya bisa dibaca dari tulisan-tulisannya: pembelaan terhadap kepentingan publik dan perlawanan atas segala bentuk ketidakadilan. Dia tak mudah patah semangat dan mundur karena gangguan atau kesulitan selama bekerja. Dia selalu berhasil melawan godaan untuk mencampurkan fakta dan opini sedemikian rupa, sehingga dia bisa melaporkan sebuah kejadian yang benar.
        Wartawan, entah yang bekerja di surat kabar, majalah, radio, televisi, maupun yang di internet beroperasi 65 hari setahun dan 24 jam sehari. Jurnalisme bukan sekadar pekerjaan, tetapi sebuah jalan hidup di mana orang dituntut untuk selalu mencari gagasan baru – it is not just a job, it’s a way of life and you are always on the look out for a new idea. David Talbot, pemimpin redaksi Salon.com, ketika menanggapi buku The Elements of Jurnalism mengatakan bahwa jurnalisme merupakan panggilan jiwa yang tinggi. Semua yang terlibat mempunyai kewajiban yang lebih besar kepada audiences daripada kepada tuntutan pasar. Mereka seolah-olah ditarik oleh suatu kekuatan dari luar diri mereka untuk menjadi khusus serta sekaligus mengemban kewajiban yang khusus pula. Kewajiban yang diemban wartawan melahirkan tanggung jawab yang harus mereka pikul. Akar dari tanggung jawab ini terutama berasal dari kenyataan bahwa kita ini selain sebagai individu juga menjadi anggota masyarakat, yang dengan keputusan dan tindakan kita, dapat mempengaruhi orang lain. Semakin besar kekuasaan atau kemampuan kita mempengaruhi orang lain, semakin berat pula kewajiban moral kita.
        Berbicara soal tanggung jawab, Louis W. Hodges dalam Responsible Journalism menyatakan bahwa ada tiga kategori tanggung jawab yang bisa diterapkan dalam dunia pers.
Pertama, tanggung jawab yang didasarkan pada penugasan. Ada atasan yang memberi tugas kepada bawahan bagaikan pada hirarki militer, ataupun hubungan guru-murid, majikan-karyawan. Dalam masyarakat tertentu, tanggung jawab pers bisa ditentukan oleh pemerintah. Pers hanya merupakan kepanjangan tangan dari penguasa. Pemerintah otoriter bisa mendikte pers dengan larangan-larangan untuk tidak melakukan atau mengharuskan memberitakan ini dan itu.
        Kedua, tanggung jawab berdasarkan kontrak. Tanggung jawab ini berdasarkan perjanjian tidak langsung dengan masyarakat. Kedudukan kedua belah pihak adalah setara. Masyarakat menjanjikan kepada pers sebuah kebebasan  untuk melaksanakan tugasnya dengan asumsi bahwa pers akan melayani kebutuhan masyarakat akan informasi dan opini.
Ketiga, tanggung jawab yang timbul dari diri sendiri. Wartawan sejati biasanya mengembangkan pengertian tentang siapa sebenarnya mereka itu. Mereka dapat membangun dalam jiwa mereka naluri untuk berbuat kebaikan. Hal ini dapat mereka laksanakan berkat dorongan, demi prinsip, dan layanan kepada orang lain.
Terkait dengan tanggung jawab berdasarkan kontrak dan tanggung jawab yang muncul dari diri sendiri, pers itu bersifat bebas dan bertanggung jawab kepada masyarakat untuk menyampaikan berita-berita yang akurat, menginformasikan kinerja pemerintah, tidak masuk ke masalah pribadi, atau menyakiti seseorang, dan sebagainya.

2. 2 Definisi dan Jenis-jenis Wartawan
      Wartawan adalah sebuah profesi bagi pemburu berita, atau biasa pula disebut sebagai juru warta, pembawa berita, newsgatter, pressman, komunikattor massa, nyamuk pers, kuli tinta, dan pembela kepentingan rakyat. Dari segi intilah wartawan merupakan orang yang pekerjaannya mencari berita. Selanjutnya, berita-berita tersebut diolah dan disusun untuk dikirim ke meja redaksi yang nantinya akan dipublikasikan kepada publik.
Dalam UUD Tahun 1996 pasal 1 dan 3 disebutkan, bahwa:
“Kewartawanan adalah pekerjaan/kegiatan/usaha yang berhubungan dengan pengumpulan, pengolahan, dan penyiaran dalam bentuk fakta, pendapat, ulasan-ulasan, dan lain-lain sebagainnya untuk perusahaan, radio, televisi, dan film.
      Tugas wartawan itu sendiri sebagai peliput, penyusun, dan penyebar informasi. Hal pertama yang dilakukan wartawan adalah meliput setiap peristiwa yang pada akhirnya dijadikan bahan berita dan disampaikan kepada publik untuk dijadikan informasi. Secara garis besar wartawan dibagi menjadi 4 macam, yaitu:
1.    Wartawan profesional, adalah wartawan yang memahami tugasnya dengan baik untuk memaksimalkan isi berita sesuai dengan fakta yang ada dan menggunakan bahasa yang baik dan benar yang dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan etika.
2.    Wartawan freelance, wartawan yang tidak terikat pada satu penerbitan atau satu surat kabar saja. Umumnya, wartawan freelance mencari berita dan nantinya wartawan tersebut disalurkan keberbagai media.
3.    Koresponden, wartawan yang bertugas di daerah  dan merupakan daerah yang berbeda dengan kantor pusat penerbitan berita. Koresponden bertugas mencari berita yang nantinya akan dikirim melalui sarana komunikasi seperti telepon, faksimili, email, dan lain-lain.
4.    Wartawan kantor berita, wartawan yang bertugas mencari berita untuk satu kantor berita dan nantinya akan disalurkan atau dijual ke berbagai lembaga penerbitan yang membutuhkan.

2. 3 Sikap dan Watak Wartawan
      Semua wartawan pada umumnya hidup dengan sejumlah nilai-nilai yang dipercaya bisa menjaga profesionalisme yang telah mereka bangun selama bertahun-tahun. Semua wartawan memang hidup dengan nilai-nilai yang ketat. Ada berbagai aturan, etika, dan tatalaku yang umumnya harus dipenuhi. Misalnya, selain etika jurnalistik yang dianut dalam organisasi, ada juga peraturan perusahaan di tempat mereka bekerja. Berikut adalah 18 sikap dan watak wartawan yang merupakan pedoman profesi, sekaligus nilai-nilai yang harus dipertahankan dalam bekerja.
1.    Wartawan sebagai panggilan hidup. Hidup sebagai wartawan adalah
hidup yang total, yaitu menyerahkan diri secara penuh untuk mengabdi
pada kepentingan orang lain. Pekerjaan seorang wartawan menuntut
setiap saat dirinya berada di suatu tempat, kapan, dan di mana saja mereka dibutuhkan.
2.    Sikap kritis dan selalu ingin tahu. Wartawan pada hakekatnya harus
selalu mengembangkan sikap kritis, peka, ingin tahu yang besar pada
setiap persoalan dan peristiwa. Seorang wartawan sebaiknya setiap hari
selalu membaca berbagai koran, majalah, dan buku terbitan dalam dan
luar negeri. Semuanya dibaca bukan karena memang mendesak untuk
dibaca, tapi untuk mengantisipasi agar tak ada berita penting yang
lolos dari pengamatan.
3.    Kecepatan dan ketepatan. Seorang wartawan tak membiasakan diri
untuk menunda pekerjaan. Berita harus selalu dikejar, setelah itu
didiskusikan dan ditulis tanpa mengabaikan faktor kecepatan  (deadline)
dan ketepatan (akurasi) yang jadi salah satu ukuran prestasi kerja
seorang wartawan.
4.    Etos kerja yang tuntas. Etos ini menuntut cara kerja yang tak kenal
lelah. Pekerjaan rutin pada hekikatnya tak akan menjadikan wartawan
kian lemah. Justru sebaliknya, pekerjaan akan kian menantang munculnya
kreativitas baru.
5.    Lobbying. Lobbying dengan berbagai pihak (instansi maupun
perorangan) mutlak diperlukan wartawan guna menjaring informasi,
sekaligus menambah dan memperluas wawasan.
6.    Sikap kelembagaan. Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan
karena itu dibutuhkan kerja sama tim dalam lembaga.
7.    Sikap saling koreksi. Pada dasarnya wartawan harus mengembangkan
sikap saling koreksi di antara sesamanya. Koreksi jangan menunggu
datang dari orang luar. Kalau hal terakhir yang terjadi, berarti si
wartawan sedang digugat dan diancam pihak luar untuk diperadilankan.
8.    Sikap mencintai pekerjaan. Mencintai pekerjaan berarti selalu
berupaya membuat karya sesempurna mungkin. Dalam persoalan yang
berhubungan dengan orang atau pihak lain, wartawan akan berhati-hati
untuk tidak membuat pemberitaan yang bisa melukai.
9.    Sikap bersaing secara sehat. Setiap wartawan akan terlibat dalam
persaingan meningkatkan kemampuan dan membuat karya yang lebih
berkualitas. Sikap persaingan sehat ini akan mendorong munculnya
dinamika, wacana, dan model jurnalisme yang lebih bermutu.
10.    Bekerja terencana. Wartawan selalu bekerja secara terencana untuk
memperoleh hasil yang maksimal. Dalam perencanaan ada sasaran dan
target yang hendak dicapai.
11.    Wartawan sebagai pengamat. Wartawan pada hakikatnya adalah seorang
pengamat yang cermat. Terkadang ia juga dituntut jadi peneliti.
Kecermatan dan pengetahuan akan suatu hal dibutuhkan untuk memperoleh gambaran lengkap, penjelasan latar belakang yang cukup detil, dan akurasi suatu peristiwa hingga laporan tidak kering dan dangkal.
12.    Sikap tak apriori. Wartawan harus memiliki komitmen yang tinggi
terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Ia tak memojokkan narasumber dalam
pemberitaannya apalagi dengan cara tak manusiawi atau pun bersikap
sinis pada sebuah persoalan. Wartawan juga tak menempatkan dirinya
sebagai “lawan” yang siap menerkam seseorang yang melakukan kesalahan. Wartawan juga tak boleh melakukan vonis terhadap suatu permasalahan yang masih “kabur” tingkat kebenarannya.
13.    Sikap sangsi yang santun. Wartawan wajib selalu meneliti dan
menguji kebenaran sebuah berita serta memperkayanya dengan berbagai
fakta baru. Setiap pernyataan tak boleh langsung dipercaya, tapi kita harus menyangsikannya secara santun (quit doubt of disbelieve) tanpa perlu meremehkan.
14.    Sikap sebagai inspektur. Wartawan pada dasarnya bukan sekadar
melakukan fungsi sebagai kamerawan, juru penerang, pemandu (guide),
dan sastrawan tapi juga harus menjalankan fungsi seorang inspektur
yang baik. Wartawan tidak hanya bisa meng“angguk-angguk” mendengar
penjelasan seorang pejabat, tapi juga bisa mencari keanehan, rekayasa,
dan ketidakberesan suatu hal yang dilihatnya, mirip dengan seorang
penilik sekolah.
15.    Kritik untuk perbaikan. Pada dasarnya kritik wartawan adalah
konstruktif. Jika wartawan melancarkan kritikan, ia selalu memberi
kesempatan orang yang dikritiknya untuk bicara menjelaskan dan
memberikan argumentasi. Dengan demikian, dalam menjalankan fungsi
kontrolnya, wartawan selalu bertindak arif dengan mengemukakan hal-hal
yang baik dan perlu diteladani.
16.    Hati-hati terhadap unsur "SARA". Wartawan selalu berhari-hati
terhadap berita yang berkaitan dengan pertikaian  suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA) dan tidak mempolitisir sebuah pertikaian biasa, adu domba, atau sebuah kriminalitas menjadi pertikaian SARA. Wartawan harus melakukan identifikasi yang cukup dengan mempertimbangkan kemungkinan paling buruk dari pemberitaannya. Wartawan pada hakekatnya tidak pernah “menyiramkan bensin ke dalam kobaran api’.
17.    Check and recheck. Wartawan tidak menelan mentah-mentah setiap
informasi tanpa mengecek kebenaran informasi yang diterimanya. Ia
selalu melaporkan selengkap dan seobjektif mungkin setiap kejadian
tanpa memasukkan opini dalam laporannya.
18.    Memberi yang terbaik. Wartawan selalu bersikap cepat tanggap
terhadap keluhan dari luar, terutama terhadap media tempatnya bekerja.
Ia selalu mempersembahkan hal yang terbaik pada publik. Apa yang
dikerjakannya semata bukan urusan teknis, tapi juga mencakup masalah
etika.

2.4 Bekal Kerja Wartawan
       Wartawan sekarang tidak lagi hanya menceritakan kepada pembaca mengenai apa yang terjadi saja. Dia harus juga bisa memberikan arti dan apa yang dapat dilakukan oleh pembaca. Menurut John Tabbel dalam bukunya Opportunities in JournalismCarees, wartawan masa kini–dalam lingkup pekerjaannya sebagai wartawan–harus mampu menjadi seorang perencana (planner), periset (researcher), pelapor (reporter), penulis (writer), penyunting (editor), dan administrator. Untuk melaksanakan semuanya ini, wartawan harus membekali diri dengan:
1.    Naluri berita-nose for news
Wartawan harus memiliki indera keenam untuk mengetahui mana yang berita, mana yang bukan. Tetapi ada pula yang harus mengembangkannya. Ada wartawan yang memandang, tetapi tidak melihat. Ada pula yang mendengar tetapi tidak menyimak. Detail yang tidak tampak inilah yang bisa membedakan antara berita rutin dengan berita yang menarik, untuk dibaca. Wartawan yang baik, ketidakadaan bisa menjadi sesuatu. Selalu ada cerita di balik sesuatu.
Mengenai naluri berita ini, wartawan harus mampu melihat segala kemungkinan suatu peristiwa menjadi berita. Ini meliputi: (1) kemampuan mengenal informasi yang bisa menarik perhatian pembaca; (2) kemampuan mengenal petunjuk yang mungkin sangat umum tetapi dapat membawa ke sesuatu penemuan yang penting; (3) kemampuan mengenal yang relatif penting dari sejumlah fakta yang menyangkut masalah yang sama; (4) kemampuan mengenal berita lain yang ada hubungannya dengan informasi yang ada di tangan.
2.    Observasi
Bakat pengamatan atau obserfasi ini memungkinkan wartawan melihat perbedaan, menemukan nuansa, mencium pertentangan antaraberita yang biasa saja dengan berita yang baik. Kemampuan untuk mengingat dan menangkap warna, detail, dan kutipan-kutipan, akan membuahkan berita menarik.
3.    Keingintahuan
Tanpa rasa ingin tahu, karier seorang wartawan akan punah. Keingintahuan adalah senjata bagi wartawan yang harus selalu diasah. Keingintahuan menghasilkan kreativitas dan kreativitas menghasilkan imajinasi, ketekunan, semangat, dan penilaian yang baik. Wartawan yang baik, bisa mengambil inisiatif sendiri yang disebut selfstarter. Mereka tidak menunggu sampai ada penugasan tetapi mengembangkan gagasan-gagasan sendiri.
4.    Mengenal berita
Wartawan harus mengenal berita seperti yang digariskan oleh surat kabarnya. Ini berarti wartawan harus mempelajari falsafah dan sejarah surat kabar di mana dia bekerja.
5.    Menangani berita
Wartawan harus tahu prosedur dan perlengkapan yang perlu untuk mendapatkan dan menyajikan berita terbaik. Ia harus tahu mencari fakta, urutan kepentingan, dan di mana mendapatkannya. Ada kebebasan dalam menulis. Tetapi kebebasan ini ada batasnya, yaitu moral-moral limits to freedom. Yang dimaksud dengan moral di sini adalah etika atau budaya sopan-santun tentang perilaku yang baik dan buruk yang menjadi dasar kehidupan sosial. Ingat akan selera yang baik-good taste, dan selera yang buruk-bad taste.
6.    Ungkapan yang jelas
Wartawan harus mampu mengekspresikan dirinya, baik dalam tulisan maupun kata-kata. Penguasaan bahasa sangat penting bagi wartawan. Paula LaRocque dalam artikel Language and Lost Credibility mengatakan: “Antara penulis dan pembaca hanya ada bahasa. Bila pengacara tidak tahu tentang hukum, dokter tidak tahu tentang obat, koki tidak tahu tentang masakan, semua akan kehilangan pekerjaannya. Hal ini tidak boleh terjadi pada wartawan dan editor karena konsekuensinya akan besar skali bagi medianya. Ungkapan yang buruk merupakan sumber kekesalan bagi pembaca. Dan bila untuk hal-hal kecil seperti tanda baca, ejaan, nama, alamat saja sudah salah, bagaimana pula untuk hal-hal yang lebih besar. Akhirnya masyarakat pembaca akan meninggalkan kita.”

7.    Keperibadian yang jelas
Karena sering melibatkan kontrak pribadi maka wartawan harus memiliki keperibadian yang menyenangkan. Wartawan harus pintar bergaul dengan semua orang. Sebagai manusia biasa, terkadang terjebak pada prasangka pribadi (personal bias) yang berakar dan muncul karena lingkungan hidup, keluarga, agama, budaya, dan masa kecil, misalnya kebencian terhadap kulit berwarna (di Amerika), suku, golongn, atau agama. Latar belakang seseorang sangat menentukan. Oleh karena itu, agar tulisannya menjadi terbuka, dia harus berusaha sungguh-sungguh mengatasi semua itu.
8.    Pendekatan yang sesuai
Wartawan harus mengembangkan beragam kemampuan untuk berhubungan dengan berbagai lapisan dalam masyarakat, baik horizontal maupun vertikal. Ia harus bisa berhadapan dengan orang-orang kasar maupun sopan, maupun dengan pejabat tinggi.
9.    Kecepatan
Wartawan harus mampu bekerja efisien pada kecepatan tinggi, yang tidak ambruk atau patah semangat di bawah berbagai macam tekanan, antara lain tekanan waktu. Carl Lindstrom, editor Hardford Tones berkata, jam di ruang redaksi adalah  penguasa kita semua. Wartawan menjadi abdi dari jarum jam yang selalu bergegas menuju deadline. Tidak pernah ada waktu bagi wartawan utuk melakukan tugas sebaik seperti yang diinginkan. Perumpamaan yang dikemukakan Lindstrom adalah kita bagaikan berlari di ladang gandum yang sudah masak semua dan menyambar segenggam bulir terbaik, kemudian meninggalkan panen besar pada penuai lain. Kekayaan yang tersisa itu dinikmati oleh penerbitan mingguan atau bulanan.
Gene Roberts, mantan editor Philadelphia Inquire, berkata: “Serat kabar harus menjadi demokrasi partisipatif sampai 20 menit sebelum deadline, setelah itu surat kabar menjadi monarki absolut.” Semua wartawan menghadapi tirani dari deadline dan kontrol yang dijalankannya.


10.    Kecerdikan
Wartawan yang berhasil adalah mereka yang dikaruniai dan bisa memanfaatkan kecerdikannya. Ia harus selalu berusaha keras mendapatkan gagasan-gagasan orisinal dalam mengumpulkan berita, terutama dalam reportase investigasi. Mark Potter, wartawan televisi ABC, menghadapi jalan buntu ketika hendak mewawancarai pengungsi Haiti di Miami. Mereka tidak mau berbicara karena kebanyakan adalah pendatang ilegal dan mereka mengira Potter adalah pejabat imigrasi yang akan memulangkan mereka. Potter tidak putus asa dan mencari akal untuk menembus kebuntuan ini. Akhirnya, ia berhasil menghubungi pekerja sosial yang sudah mendapat kepercayaan dari masyarakat Haiti ini. Pekerja sosial ini memperkenalkan Potter dengan seorang Haiti, namun ia tidak mendapatkan informasi yang diinginkan, tetapi dari orang ini Potter dikenalkan pada saudaranya dan dari saudaranya ia bisa mewawancarai banyak pengungsi lain.
11.    Teguh pada janji
Wartawan harus hati-hati membuat janji, terutama dengan narasumber berita. Ingkar janji akan mengancam kelanjutan hubungan dengan narasumber.
12.    Daya ingat yang tajam
Ada orang yang dilahirkan dengan bakat daya ingat yang kuat, tetapi ada yang memperolehnya dengan latihan. Alat yang terbaik bagi wartawan adalah buku catatan.
13.    Buku catatan
Buku catatan sngat penting bagi seorang wartawan. Namun, adakalanya buku catatan itu menjadi hambatan dalam suatu wawancara. Orang kadang-kadang takut atau menjadi gugup ketika melihat wartawan mencatat apa yang mereka katakan. Bila ini terjadi maka dibutuhkan daya ingat wartawan, dan bila usai wawancara, segeralah mencatatnya dalam buku catatan selagi ingatan masih segar. Pelajari juga bagaimana menggunakan tape recorder secara efektif, namun yang terbaik tetap buku catatan.


14.    Berkas catatan/referensi
Berkas-berkas di perpustakaan mengenai guntingan berita dan referensi lainnya adalah alat yang penting dalam menyiapkan tugas dan mendapatkan latar belakang sebelum menulis berita. Demikian pula mencari bahan-bahan dengan membuka komputer. Melakukan penelitian harus menjadi sifat dasar seorang wartawan.
15.    Kamus
Seorang wartawan harus mempunyai kamus berbagai bahasa. Hal ini penting untuk perbendaharaan kata dan mengetahui makna dan tulisan yang tepat dari suatu kata. Ingat akan akurasi.
16.    Surat kabar/majalah/internet/tv/radio
Wartawan harus membaca surat kabar, baik surat kabar sendiri maupun surat kabar lain terutama yang menjadi saingannya. Bacalah juga berbagai majalah. Jangan lupa mendengarkan radio dan menonton televisi atau membuka internet untuk mendapatkan petunjuk berita, perbedaan pandangan dan pengetahuan mengenai peristiwa yang sedang terjadi. Menonton televisi juga akan membantu wartawan mengenal wajah-wajah orang tertentu.
17.    Perbaikan demi kemajuan
Wartawan harus selalu berusaha memperbaiki diri walaupun ia telah berpengalaman. Dengan perbaikan diri ini maka akan ada kemajuan.

2.5 Karakteristik Wartawan Profesional
Adapun menurut penulis blog romelteamagazines.wordpress.com, wartawan profesional memiliki beberapa karakteristik, yakni:
pertama, menguasai keterampilan jurnalistik. Seorang wartawan mesti memiliki keahlian (expertise) menulis berita sesuai kaidah-kaidah jurnalistik. Ia harus menguasai teknik menulis berita, juga feature, dan artikel. Untuk itu, seorang wartawan mestilah orang yang setidaknya pernah mengikuti pelatihan dasar jurnalistik. Ia harus terlatih dengan baik. Keterampilan jurnalistik meliputi antara lain teknik pencarian berita dan penulisannya, di samping pemahaman yang baik tentang makna sebuah berita. Ia harus memahami apa itu berita, nilai berita, macam-macam berita, bagaimana mencarinya, dan kaidah umum penulisan berita.
Kedua, menguasai bidang liputan (beat). Idealnya, wartawan menjadi seorang “generalis”, memahami dan menguasai segala hal, sehingga mampu menulis apa saja dengan baik dan cermat. Namun, yang terpenting ia harus menguasai bidang liputan dengan baik. Wartawan olahraga harus menguasai istilah-istilah atau bahasa dunia olahraga. Wartawan ekonomi harus memahami teori-teori dan istilah ekonomi. Demikian seterusnya.
Ketiga, memahami serta mematuhi etika jurnalistik. Wartawan yang profesional memegang teguh etika jurnalistik. Untuk wartawan Indonesia, etika itu terangkum dalam Kode Etik Wartawan Indonesia (KEWI) yang sudah ditetapkan Dewan Pers sebagai Kode Etik Jurnalistik bagi para wartawan di Indonesia. Kepatuhan pada kode etik merupakan salah satu ciri profesionalisme, di samping keahlian, keterikatan, dan kebebasan. Dengan pedoman kode etik itu, seorang wartawan tidak akan mencampuradukkan antara fakta dan opini dalam menulis berita; tidak akan menulis berita fitnah, sadis, dan cabul; tidak akan “menggadaikan kebebasannya” dengan menerima amplop; hanya menginformasikan yang benar atau faktual; dan sebagainya.
Selain itu, ada pula beberapa karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang wartawan, yaitu: (1) Menempatkan pekerjaan sebagai tujuan mulia; (2) tidak arogan; (3) akurat; (4) bekerja kecepatan tinggi; (5) jujur terhadap kebenaran.

Tujuan Mulia
Wartawan memang mempunyai tujuan mulia. Paus Johanes Paulus II berkata: “dengan pengaruh yang luas dan langsung terhadap opini masyarakat, jurnalisme tidak bisa dipandu hanya oleh kekuatan ekonomi, keuntungan, kepentingan khusus. Jurnalisme haruslah diresapi sebagai tugas suci, dijalankan dengan kesadaran bahwa sarana komunikasi telah dipercayakan kepadanya demi kebaikan orang banyak”
    Senang rasanya bagi seorang wartawan bila bisa menolong orang yang sedang menghadapi kesulitan dengan menyampaikan berita dan gagasan tentang dunia sekitar mereka. Dan inilah yang memang dibutuhkan masyarakat. Untuk lebih meningkatkan kredibilitas, wartawan dianjurkan untuk menghargai audiencesnya dengan menyajikan apa yang diharapkan mereka sebagai berita; menjadikan prioritas utama untuk tidak menyakiti.
    Dalam pekerjaan sehari-hari wartawan memeang kerap “menyakiti” orang, misalnya menulis tentang pejabat yang korup, atlet yang gagal, aktris yang tidak sukses, pengusaha yang bangkrut, dan banyak lagi. Namun bila hal ini dilakukan demi melayani kepentingan yang lebih besar, maka hal ini masih dapat dianggap sebagai efek samping yang layak diterima. Prinsip menyakiti ini menyatakan bahwa kebebasan seseorang dibenarkan untuk dibatasi, bila tindakan orang itu merugikan orang banyak lainnya. Jurnalisme selalu menjadi pekerjaan bagi orang-orang etis, kata novelis Leslie H. Whitten, sebab upah mereka rendah dan mereka menjalankan pekerjaan karena percaya hal itu memang baik dilakukan dan juga karena nama mereka sebagai penulis.
    Unsur idealisme dalam pekerjaan wartawan memang sangat menonjol. Namun unsur ini harus ditopang juga oleh bisnis perusahaan yang sehat. Claude Sitton, direktur editorial dan wakil presiden Observer Publishing Company, menyatakan bahwa surat kabar yang tidak sehat dalam bisnisnya menjadi lemah dan rentan terhadap orang-orang yang ingin memanfaatkan surat kaber itu untuk kepentingan pribadi.
    James C. Thomson Jr., kurator Nieman Foundation, mengatakan bahwa surat kabar harus mengoperasikan keduanya: “mendapatkan uang” (setidaknya tidak rugi) dan “berbuat baik” (seperti mengungkapkan ketidakadilan dan dengan demikian memperbaiki masyarakat). Karena ketegangan “antara keserakahan (greed) dan idealisme?, Thomson percaya bahwa setiap surat kabar memiliki “dua budaya, atau setidaknya pandangan, yang terkadang bertentangan antara yang satu dengan yang lain: di satu pihak, wartawan dan editor, yang biasa berperan membongkar dan menyebarluaskan kebenaran; dan di pihak lain, pemilik, penerbit, manajemen, yang berusaha mempertahankan bisnis dan mengusahakan keuntungan yang besar” Otis Chandler, pemimpin redaksi Times Miror Company, percaya bahwa surat kabar yang sukses tidak akan membiarkan departemen bisnis masuk ke area editorial. Mereka memberikan keleluasaan pada departemen editorial untuk sepenuhnya bebas meliput berita seperti apa yang dilihatnya.
Untuk mempertahankan imbang kedua sikap ini, memang tidak mudah, terutama menghadapi berbagai macam godaan, sehingga terkadang harus ada yang dikorbankan.

Tindak Arogan
Sikap yang kerap timbul di redaksi adalah menyepelekan intelegensia pembaca; dan ini adalah sikap arogan. Pembaca surat kabar terdiri dari orang-orang paing terdidik dan kita harus berusaha menjadi sekurang-kurangnya secerdas mereka. Kesalahan akan pasti terjadi, walaupun kita berusaha sebaik-baiknya, dan sebagian besar pembaca akan memaafkan kekeliruan yang sekali-kali terjadi yang secara jujur segera diperbaiki. Kesalahan-kesalahan yang sulit dimaafkan pembaca dan akhirnya menghancurkan kepercayaan mereka terhadap kita atau kita tidak peduli.
Sikap arogansi ini adalah satu dari tiga sikap yang bisa menyebabkan jatuhnya seorang wartawan dan medianya. Dua sikap lainnya adalah sikap elitisme dan sikap merasa diri  paling benar-holier than thou attitude.

Akurat
Unsur kredibilitas memang harus menjadi pegangan bagi apa yang diucapkan, dilakukan, dan ditulis oleh wartawan. Karena itu wartawan ditutut untuk teliti-accurate. Akurasi bukan hanya menjadi suatu isu editorial (edittorial issue). Akurasi adalah suatu nilai dasar (fundamental value) yang harus selalu diterapkan tanpa syarat, baik oleh wartawan maupun editor.
Akurat berati, kita harus mendapatkan informasi yang pasti, yang tidak bisa dibantah. Wartawan harus sadar bahwa menduga, mengira, dan ceroboh dapat membawa bencana. Berita yang tidak akurat dapat mengakibatkan tuntutan hukum, dan surat kabar yang tidak akurat akan kehilangan kredibilitas yang akhirnya akan kehilangan prestise.
Akurasi adalah juga standar etik, di samping standar profesional dan operasional yang harus diterapkan oleh para wartawan. Memang, akurasi ini bisa menjadi penggangu karena wartawan harus bekerja di bawah tekanan waktu-deadline. Tekanan untuk menyampaikan berita kepada publik selagi masih hangat kerap menyebabkan kekeliruan-kekeliruan. Karena itu banyak ruang redaksi banyak menempatkan peringatan di Internasional News Service: “Get It first, But Get it Right” Jadilah yang pertama untuk mendapatkan berita, tetapi yang utama berita itu harus benar.
Tekanan persaingan antarmedia memang menjadi masalah bagi redaksi. William G. Moll dari WKRC-TV berkata bahwa kewajiban media adalah “mendapatkan yang benar dulu, bukan menjadi yang pertama. Prioritas utama adalah mendapatkan yang besar.” Seperti Karen Baker dari The News Tribune-Toeana, “pembaca tidak akan mengkritik bila kita terlambat satu hari. Tetapi mereka akan ingat terus bila kita terlambat satu hari.” Chicago Tribune mempunyai pengalaman pahit tentang ini. Karena ingin menjadi yang pertama dalam memberitakan hasil pemilihan presiden Amerika, koran yang bekerja dalam tekanan deadline ini menurunkan berita dengan judul “Dewey defeats Truma.” Truman diberitakan kalah padahal Trumanlah yang keluar sebagai pemenang. Sejak itu, Chicago Tribune mempunyai kebijakan tidak tertulis: Lebih baik menjadi yang terakhir daripada salah-it is better to be last than wrong. Namun, Gregory L. More dari teh Boston Globe berkata, “tetap bermasalah bila kita terlambat. Pembaca akan pindah saingan kita” bila berulang kali terlambat melaporkan berita-berita penting.

Kecepatan
Michael Oreskes dari New York Times menulis dalam American Journalism Review, persaingan bukanlah hal yang baru bagi wartawan; demikian pula bekerja dengan kecepatan tinggi. Yang jelas, wartawan adalah seseorang yang mampu menghasilkan tulisan yang dapat dipercaya dalam keadaan tekanan waktu. Dan memang, dia harus pandai bersikap tenang dalam menghadapi berbagai tekanan. Batas waktu atau deadline bukan alasan untuk ketidaksempurnaan. Dalam peliputan batas waktu-deadline reporting-ini, wartawan harus bisa mengahsilkan berita dengan kecepatan kilat yang isinya seakan-akan tidak dibuat dengan terburu-buru. Hasilnya adalah suatu cerita yang kaya dengan detail dan suara dari lokasi kejadian yang bisa membuat pembacanya berpikir, memrasa, dan haru.
Paula LaRocque, wakil redaktur pelaksana dan pelatih penulisan, The Dallas Morning News, mengatakan kesempurnaan memang tidak mungkin tercapai. Tetapi cita-cita kita adalah jalan satu-satunya untuk mempertahankan standar setinggi mungkin dan ini harus berupa pelayanan bagi pembaca kita.

Jujur Terhadap Kebenaran   
Hal lain yang menyulitkan dalam menghasilkan akurasi adalah menyangkut harapan akan kebenaran. Kebanyakan orang di luar jurnalisme, dan malah banyak wartawan, percaya jurnalisme menghasilkan “Kebenaran”. Mereka lupa akan apa yang pernah disampaikan Walter Lippmann yaitu bahwa “berita dan kebenaran bukanlah hal yang sama” fakta yang disajikan wartawan terkadang menambah pada kebenaran. Namun, wartawan sering tidak mampu mengumpulan fakta dalam waktu yang diberikan atau disediakan untuk dapat menceritakan kebenaran tentang subjek mereka.
Contoh lain bahwa berita dan kebenaran itu tidak selalu sinonim adalah apa yang benar dalam berita hari ini, bisa berubah di hari kemudian. Narasumber atau pejabat pemerintah sering mengubah atau membantah pernyataannya sendiri yang sudah disiarkan media. Putusan pengadilan bisa dibanding dengan hasil yang berbeda. Jadi waktu bisa mengubah perspektif dari sudut mana peristiwa itu di pandang.
Ada lima pegangan, prinsip-prinsip intelektual dalam reportase, yaitu: (1) jangan menambahkan sesuatu yang tidak ada, (2) jangan menipu pembaca, (3) transparan sebisa mungkin tentang metode dan motif anda, (4) percaya pada keaslian reportase sendiri, dan (5) rendah hati.
Dengan beberapa hal yang harus dimiliki seorang wartawan profesional tersebut, maka dapat dismpulkan bahwa wartawan profesional adalah wartawan yang memegang teguh sembilan elemen jurnalisme Bill Kovach. Sembilan elemen jurnalisme tersebut adalah:
1.    Kewajiban utama jurnalisme adalah pada pencarian kebenaran.
2.    Loyalitas utama jurnalisme adalah pada warga negara.
3.    Esensi jurnalisme adalah disiplin verifikasi.
4.    Jurnalis harus menjaga independensi dari objek liputannya.
5.    Jurnalis harus membuat dirinya sebagai pemantau independen dari
kekuasaan.
6.    Jurnalis harus memberi forum bagi publik untuk saling kritik dan menemukan kompromi.
7.    Jurnalis harus berusaha membuat hal penting menjadi menarik dan relevan.
8.    Jurnalis harus membuat berita yang komprehensif dan proporsional.
9.    Jurnalis diperbolehkan mendengarkan hati nurani personalnya.

Jika disimpulkan maka wartawan profesional adalah wartawan yang memahami tugasnya, dengan kata lain wartawan profeional adalah wartawan yang memiliki keterampilan untuk melakukan reportase dan mengolah karya-karya jurnalistik sesuai dengan nilai yang berlaku, memiliki independensi dari objek liputan dan kekuasaan, memiliki hati nurani serta memegang teguh kode etik jurnalistik yang diatur oleh organisasi profesi yang diikutinya.

2. 6 Kompetensi Wartawan
Seorang wartawan atau jurnalis membutuhkan kompetensi. Berdasarkan rumusan Dewan Pers, ada tiga kategori kompetensi yang harus dimiliki oleh jurnalis, antara lain:
1.    Kesadaran (awareness), yakni jurnalis menyadari setiap tindakan jurnalistiknya akan dipengaruhi oleh etika, karir, hukum, dan norma-norma. Artinya, jurnalis bukan orang bebas yang bisa berbuat seenaknya.
2.    Pengetahuan (knowledge). Jurnalis adalah seorang ilmuwan. Karena sebagai ilmuwan, jurnalis dituntut mempunyai pengetahuan yang layak, yakni pengetahuan khusus dan teknis. Mencakup pengetahuan umum dan pengetahuan khusus sesuai bidang kewartawanan yang bersangkutan. Tidak kalah penting, jurnalis harus tahu bagaimana teori dan prinsip jurnalistik.
3.    Keterampilan (skill). Jurnalis harus mempunyai keterampilan. Meliputi keterampilan menulis, wawancara, riset, investigasi, menganalisis arah pemberitaan, serta dapat mengoperasikan perangkat-perangkat teknis seperti kamera, komputer, internet, dan lain sebagainya.

Beberapa kompetensi lainnya yang perlu diperhatikan oleh jurnalis muda, calon jurnalis, atau yang ingin menjadi jurnalis.

1.    Passion (keinginan yang besar)
Akan lebih berkualitas kalau menjadi jurnalis muncul karena  passion, bukan karena pilihan terakhir setelah di mana-mana tidak cocok. Memang tidak semuanya lagsung muncul seketika, tapi wartawan yang lahir karena kegembiraan menjadi wartawan dan berusaha keras memampukan dirinya dengan maksimal, hasilnya akan berbeda. Bukan karena (sementara) lowongan yang tersedia hanya itu. 

2.    Tidak Alergi Teknologi
Dewasa ini, masih ada wartawan yang tidak menguasai teknologi yang terus berkembang. Misalnya wartawan tidak tahu cara mengirim berita atau foto lewat email. Sebenarnya wartawan sekarang jauh lebih enak, karena semua bisa dilakukan dalam satu  genggaman misalnya lewat BlackBerry. Para wartawan yang tidak terlatih untuk mencatat berita, merekam, dan meramunya mejadi satu berita yang utuh dan berkualitas, hanya bisa mengandalkan editor di kantor yang akan merapikan tulisannya saja.


3.    Punya Naluri Ingin Tahu
Wartawan harus mengasah kemampuan otak dan diri untuk punya naluri ingin tahu, mau belajar hal baru, dan mau mencari tahu hal-hal yang tidak dia sukai. Kurang etis kalau wartawan memberikan satu jawaban “penolakan” ketika ditugaskan untuk meliput hal yang (mungkin) tidak dia sukai. Kalimat seperti, “Saya tidak mau meliput atau wawancara, karena saya tidak suka!”. Jika wartawan sudah menutup diri seperti itu, berarti wartawan tersebut tidak profesional. Wartawan bisa mengeksplorasi banyak hal yang mungkin orang tidak pernah sangka.

4.    Berwawasan Luas  dan Mau Belajar
Seseorang yang ingin menjadi wartawan, harus memiliki wawasan yang luas dan mau terus belajar, karena profesi wartawan nantinya akan bertemu dengan beragam narasumber. Membaca, diskusi, dan investigasi (pribadi) tentang banyak hal, akan membantu wartawan menjadi pintar, cerdas, dan berwawasan.


5.         Independen
Seorang wartawan harus berpihak pada fakta dan data, bukan berpihak pada orang atau lembaga tertentu yang memiliki hubungan kekerabatan dengan sang wartawan, misalnya pemilik modal tempat ia bekerja. Wartawan tidak boleh sekali-kali menjadi “penyambung lidah” narasumber semata, tanpa mempunyai data, fakta, dan validitas informasi yang benar. Independensi itu harus dimilik wartawan karena kredibilitas berita atau informasi yang diberitakan haruslah menjadi acuan agar wartawan tersebut dihargai dan dipercaya.

6.    Wartawan itu Bukan Pemeras
Wartawan bukan pengemis uang, bukan pemeras, dan bukan calo. Wartawan adalah suatu profesi mulia yang menyiarkan berita semata untuk kebutuhan publik, bukan karena adanya imbalan dari pihak tertentu.
2.7 Kode Etik Wartawan Indonesia (KEWI)
Adanya KEWI sudah menunjukkan profesionalitas wartawan. Pada KEWI pasal 2 (Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik) terdapat penafsiran mengenai cara-cara yang profesional itu, yaitu:
a.    menunjukkan identitas diri kepada narasumber;
b.    menghormati hak privasi;
c.    tidak menyuap;
d.    menghasilkan berita yang faktual dan jelas sumbernya; rekayasa pengambilan dan pemuatan atau penyiaran gambar, foto, suara dilengkapi dengan keterangan tentang sumber dan ditampilkan secara berimbang;
e.    menghormati pengalaman traumatik narasumber dalam penyajian gambar, foto, suara;
f.    tidak melakukan plagiat, termasuk menyatakan hasil liputan wartawan lain sebagai karya sendiri;
g.    penggunaan cara-cara tertentu dapat dipertimbangkan untuk peliputan berita investigasi bagi kepentingan publik.
Untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk memperoleh informasi yang benar, wartawan Indonesia memerlukan landasan moral dan etika profesi sebagai pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan publik dan menegakkan integritas serta profesionalisme. Atas dasar itu, wartawan Indonesia menetapkan dan menaati Kode Etik.
Kode etik jurnalistik dirumuskan di kongres Persatuan Wartawan Indonesia pada tahun 1947 di Malang. Kemudian pada tahun 2006, disepakati bersama kode etik jurnalistik oleh banyak organisasi wartawan. Berangkat dari pemikiran bahwa wartawan harus memiliki pedoman (guidance) ketika menjalankan tugas sama seperti profesi lainnya, misalnya dokte,r atau guru kode etik wartawan mengatur kepantasan, kepatutan, atau keelokan.
Kode etik menjadi krusial karena kebebasan wartawan bisa kebablasan tanpa ada pengaturan yang jelas. Penggunaan kode etik akan meminimalisir potensi konflik dari suatu berita. Misalnya, ketika suatu pihak tidak senang atas suatu berita yang menyangkut dengan dirinya boleh menggunakan hak jawabnya di media tersebut. Atau, ketika terjadi kekeliruan dalam penulisan berita, esoknya sudah terpampang ralat, klarifikasi, dan sebagainya.
Pasal Kode Etik
1.    Wartawan Indonesia menghormati hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar.
2.    Wartawan Indonesia menempuh tata cara yang etis untuk memperoleh dan menyiarkan informasi serta memberikan identitas kepada sumber informasi.
3.    Wartawan Indonesia menghormati asas praduga tak bersalah, tidak mencampurkan fakta dengan opini, berimbang, dan selalu meneliti kebenaran serta tidak melakukan plagiat.
4.    Wartawan Indonesia tidak menyiarkan informasi yang bersifat dusta, fitnah, sadis, dan cabul serta tidak menyebutkan identitas korban kejahatan susila.
5.    Wartawan Indonesia tidak menerima suap dan tidak menyalahgunakan profesi.
6.    Wartawan Indonesia memiliki hak tolak, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan off the record sesuai kesepakatan.
7.    Wartawan Indonesia segera mencabut dan meralat kekeliruan dalam pemberitaan serta melayani hak jawab.
Penerapan Kode Etik
Kode etik jurnalistik wartawan Indonesia tidak bersifat memaksa. Penerapannya bergantung pada individu masing-masing. Jadi, penerapan kode etik oleh wartawan Indonesia ini sulit dimonitor. Institusi pers atau organisasi pers yang menaungi wartawan hendaknya memberi sanksi (indispliner) ketika menemukan wartawannya melanggar kode etik.
Sekali lagi, penerapan kode etik muncul dari rasa tanggung jawab wartawan itu sendiri. Jadi, mendorong penerapan kode etik jurnalistik wartawan Indonesia harus dimulai dari individu wartawan, media, kemudian ke lingkup masyarakat.

BAB III
PENUTUP
3.1    Kesimpulan
Dari pembahasan pada BAB II, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1.    Wartawan yang baik, hatinya jujur. Prinsip menghalalkan segala cara tak ada dalam kamus reportasenya. Dia berani independen, dia sadar akan kewajibannya mengumpulkan dan menerbitkan informasi untuk khalayak. Dia tak pernah mencuri-curi omongan dan bukan tipe orang yang gemar publisitas. Perkataan dan perbuatannya sama dan sejalan. Dia suka akurasi dan selalu mengecek fakta lebih dari sekali. Dia selalu berusaha melihat dua sisi dari sebuah kejadian.
2.    Wartawan yang handal punya ketajaman akan berita. Dia tahu kapan dan dimana mencari berita, siapa yang akan diwawancarai, pertanyaan seperti apa yang mesti ditanyakan, bagaimana mengajukannya, dan bagaimana memverifikasi hasilnya. Dia tahu bagaimana mengerahkan indra pengamatannya; bisa melihat dan mendengar apa-apa yang didengar orang-orang di jalanan. Dia tahu, dalam sekali pandang, apakah orang di hadapannya bercerita apa adanya atau sebaliknya, menyembunyikan sesuatu. Dia tahu cara menelusuri dokumen, membongkar file dan melacak setiap berkas. Dia tahu apa dan bagaimana melakukan investigasi, di bidang apapun. Dia telah menyerap keterampilan jurnalistik tertinggi: kemampuan belajar bagaimana untuk belajar. Dia seorang generalis dengan satu spesialisi: rasa ingin tahu.
3.    Wartawan yang baik, bekerja lebih dari sekadar melaporkan berita. Dia bisa menggambarkan, menjelaskan, dan mengintrepertasikan kejadian-kejadian kompleks dan persoalan pelik menyangkut orang per orang dan masyarakat secara keseluruhan. Dia, misalnya, bisa memahami persoalan hukum superpelik, mengerti detil teknis di bidang sains dan pertahanan militer, dan bisa menggunakan pandangan para ahli dan pakar untuk menjawab persoalan ekonomi dan politik, serta  melakukan semua itu dengan cepat.
4.    Wartawan adalah sebuah profesi bagi pemburu berita, atau biasa pula disebut sebagai juru warta, pembawa berita, newsgatter, pressman, komunikattor massa, nyamuk pers, kuli tinta, dan pembela kepentingan rakyat. Dari segi intilah wartawan merupakan orang yang pekerjaannya mencari berita. Selanjutnya, berita-berita tersebut diolah dan disusun untuk dikirim ke meja redaksi yang nantinya akan dipublikasikan kepada publik.
5.    Tugas wartawan itu sendiri sebagai peliput, penyusun, dan penyebar informasi. Hal pertama yang dilakukan wartawan adalah meliput setiap peristiwa yang pada akhirnya dijadikan bahan berita dan disampaikan kepada publik untuk dijadikan informasi. Secara garis besar wartawan dibagi menjadi 4 macam, yaitu: Wartawan profesional, Wartawan freelance, Koresponden, dan Wartawan kantor berita.
6.    Ada 18 sikap dan watak wartawan yang merupakan pedoman profesi, sekaligus nilai-nilai yang harus dipertahankan dalam bekerja wartawan, yaitu: sebagai panggilan hidup, sikap kritis dan selalu ingin tahu, kecepatan dan ketepatan, etos kerja yang tuntas, lobbying, sikap kelembagaan, sikap saling koreksi, sikap mencintai pekerjaan, sikap bersaing secara sehat, bekerja terencana, wartawan sebagai pengamat, sikap tak apriori, sikap sangsi yang santun, sebagai inspektur, kritik untuk perbaikan, hati-hati terhadap unsur "SARA", Check and recheck,  dan memberi yang terbaik.
7.    Menurut John Tabbel dalam bukunya Opportunities in JournalismCarees, wartawan masa kini–dalam lingkup pekerjaannya sebagai wartawan–harus mampu menjadi seorang perencana (planner), periset (researcher), pelapor (reporter), penulis (writer), penyunting (editor), dan administrator. Untuk melaksanakan semuanya ini, wartawan harus membekali diri dengan: naluri berita-nose for news, observasi, keingintahuan, mengenal berita, menangani berita, ungkapan yang jelas, keperibadian yang jelas, pendekatan yang sesuai, kecepatan, kecerdikan, teguh pada janji, daya ingat yang tajam, buku catatan, berkas catatan/referensi,  kamus, surat kabar/majalah/internet/tv/radio,  dan perbaikan demi kemajuan
8.    Adapun menurut penulis blog romelteamagazines.wordpress.com, wartawan profesional memiliki beberapa karakteristik, yakni: Pertama, menguasai keterampilan jurnalistik. Kedua, menguasai bidang liputan (beat). Ketiga, memahami serta mematuhi etika jurnalistik.
9.    Selain itu, ada pula beberapa karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang wartawan, yaitu: (1) Menempatkan pekerjaan sebagai tujuan mulia; (2) tidak arogan; (3) akurat; (4) bekerja kecepatan tinggi; (5) jujur terhadap kebenaran.
10.    Ada lima pegangan, prinsip-prinsip intelektual dalam reportase, yaitu: (1) jangan menambahkan sesuatu yang tidak ada, (2) jangan menipu pembaca, (3) transparan sebisa mungkin tentang metode dan motif anda, (4) percaya pada keaslian reportase sendiri, dan (5) rendah hati.
11.    Ada sembilan elemen jurnalisme tersebut adalah: kewajiban utama jurnalisme adalah pada pencarian kebenaran, loyalitas utama jurnalisme adalah pada warga negara, esensi jurnalisme adalah disiplin verifikasi, jurnalis harus menjaga independensi dari objek liputannya, jurnalis harus membuat dirinya sebagai pemantau independen dari kekuasaan, jurnalis harus memberi forum bagi publik untuk saling kritik dan menemukan kompromi, jurnalis harus berusaha membuat hal penting menjadi menarik dan relevan, jurnalis harus membuat berita yang komprehensif dan proporsional, dan jurnalis diperbolehkan mendengarkan hati nurani personalnya.
12.    Seorang wartawan atau jurnalis membutuhkan kompetensi. Berdasarkan rumusan Dewan Pers, ada tiga kategori kompetensi yang harus dimiliki oleh jurnalis, antara lain: kesadaran (awareness), pengetahuan (knowledge), dan keterampilan (skill).
13.    Beberapa kompetensi lainnya yang perlu diperhatikan oleh jurnalis muda, calon jurnalis, atau yang ingin menjadi jurnalis, yaitu: passion (keinginan yang besar), tidak alergi teknologi, punya naluri ingin tahu, berwawasan luas  dan mau belajar, independen, wartawan itu Bukan Pemeras
14.    Adanya KEWI sudah menunjukkan profesionalitas wartawan. Pada KEWI pasal 2 (Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik) terdapat penafsiran mengenai cara-cara yang profesional itu, yaitu: menunjukkan identitas diri kepada narasumber; menghormati hak privasi; tidak menyuap; menghasilkan berita yang faktual dan jelas sumbernya; rekayasa pengambilan dan pemuatan atau penyiaran gambar, foto, suara dilengkapi dengan keterangan tentang sumber dan ditampilkan secara berimbang; menghormati pengalaman traumatik narasumber dalam penyajian gambar, foto, suara; tidak melakukan plagiat, termasuk menyatakan hasil liputan wartawan lain sebagai karya sendiri; penggunaan cara-cara tertentu dapat dipertimbangkan untuk peliputan berita investigasi bagi kepentingan publik.
15.    Kode etik jurnalistik dirumuskan di kongres Persatuan Wartawan Indonesia pada tahun 1947 di Malang. Kemudian pada tahun 2006, disepakati bersama kode etik jurnalistik oleh banyak organisasi wartawan. Berangkat dari pemikiran bahwa wartawan harus memiliki pedoman (guidance) ketika menjalankan tugas sama seperti profesi lainnya, misalnya dokter atau guru kode etik wartawan mengatur kepantasan, kepatutan, atau keelokan.
16.    Kode etik wartawan indonesia, yaitu: (1) Wartawan Indonesia menghormati hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar; (2) Wartawan Indonesia menempuh tata cara yang etis untuk memperoleh dan menyiarkan informasi serta memberikan identitas kepada sumber informasi; (3) Wartawan Indonesia menghormati asas praduga tak bersalah, tidak mencampurkan fakta dengan opini, berimbang, dan selalu meneliti kebenaran serta tidak melakukan plagiat; (4) Wartawan Indonesia tidak menyiarkan informasi yang bersifat dusta, fitnah, sadis, dan cabul serta tidak menyebutkan identitas korban kejahatan susila; (5) Wartawan Indonesia tidak menerima suap dan tidak menyalahgunakan profesi; (6) Wartawan Indonesia memiliki hak tolak, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan off the record sesuai kesepakatan; (7)Wartawan Indonesia segera mencabut dan meralat kekeliruan dalam pemberitaan serta melayani hak jawab.

3.2    Saran
Adapun saran yang dapat kami kemukakan dari pembahasan makalah  ini adalah agar kedepannya para mahasiswa dapat lebih memperkaya pengetahuannya tentang dunia  jurnalis/wartawan, sehingga kedepannya dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya yang ingin menjadi seorang wartawan. Kemudian makalah yang kami buat ini, bisa dijadikan sebagai bahan pembanding dengan referensi lainnya dalam membahas materi yang sama.


DAFTAR   PUSTAKA

Ishwara, Luwi. 2005. Catatan-catatan Jurnalisme Dasar. Kompas: Jakarta.
http://lpds.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=578:w
artawan-harus-memiliki-standar-kompetensi-&catid=31:info kompetensi&Itemid=42
http://thesocratesmedia.com/anda-wartawan-yang-baik/
http://mediacare.multiply.com/journal/item/6/18_Sikap_Wartawan
http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2011/08/09/kompetensi-dan-tanggung-
jawab-wartawan/
http://www.anneahira.com/kode-etik-jurnalistik-wartawan-indonesia.htm
http://www.anneahira.com/pengertian-wartawan.htm
http://romeltea.wordpress.com/2007/10/02/kode-etik-jurnalistik-etika-profesional
 wartawan/
http://pedomanrakyat.blogspot.com/2008/05/pengertian-dan-sejarah-
jurnalistik.html
http://bataknews.wordpress.com/2007/05/11/tips-menjadi-wartawan-yang-baik-
 dan-benar/
http://catatancalonwartawan.wordpress.com/2009/03/18/tentang-wartawan-
profesional/
http://lpds.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=578:wartaw
-harus-memiliki-standar-kompetensi-&catid=31:info kompetensi&Itemid=42
http://giftalvina.blogspot.com/2009/03/ciri-ciri-wartawan-profesional
serta.html


Analisis Koran Kompas

Bab 1
Pendahuluan
1.    Latar Belakang
     Dalam hidupnya, manusia selalu memerlukan berita. Baik itu berita lisan maupun berita tertulis. Tanpa berita manusia tidak  akan tahu  apa yang sedang terjadi di luar sana dan hal-hal terbaru di masyarakat. Selain itu masyarakat akan menjadi ketinggalan zaman. Berita dapat kita lihat pada media elektronik maupun media cetak. Stasiun televisi selalu menayangkan berita yang sedang hangat di masyarakat, tetapi setelah sehari ataupun dua hari berita yang sama tidak bisa kita saksikan lagi karena hanya ditayangkan begitu saja.
Selain media elektronik, media cetak seperti Koran juga menyajikan berita. Surat kabar lebih banyak didominasi oleh berita. Sebut saja koran KOMPAS. Setiap hari KOMPAS menerbitkan berita yang jumlahnya dapat mencapai puluhan berita. Dalam setiap rubrik minimal terdapat tiga berita atau lebih, kecuali pada rubrik opini yang tidak menerbitkan berita. Bisa kita bayangkan berapa jumlah berita yang kita dapat jika kita membaca surat kabar dalam sehari, seminggu, bahkan sebulan penuh.
Berita dapat dibagi menjadi berita langsung (direct news) dan berita tak langsung (indirect news) atau yang sering disebut fitur berita (Sumarsono:2008). Dalam surat kabar sudah barang tentu terdapat kedua jenis berita tersebut. Tetapi masih banyak yang belum bisa membedakan antara berita langsung dan berita tak langsung (fitur). Mengidentifikasi berita ke dalam berita langsung tergolong mudah. Yang menjadi masalah di sini ialah bagaimana kita mengetahui berita tak langsung (fitur) tersebut.
Walaupun sudah sering mendengar kata fitur, tetapi masih banyak hal yang dipermasalahkan mengenai fitur. Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan membahas segala sesuatu yang berkaitan dengan fitur yakni 1) apa pengertian fitur? 2) apa saja perbedaan fitur dengan berita biasa? 3) apa saja fungsi fitur? 4) apa saja jenis-jenis fitur?
Dalam makalah ini, penulis akan menganalisis Koran KOMPAS dalam seminggu yakni tanggal 3 Mei 2009, tanggal 4 Mei 2009, tanggal 5 Mei 2009, tanggal 6 Mei 2009, tanggal 7 Mei 2009, dan tanggal 8 Mei 2009 untuk menjawab semua permasalahan yang terjadi di masyarakat.
2.    Rumusan Masalah
1.    Apa saja jenis-jenis fitur dalam koran kompas?
2.    Apa perbedaan fitur dengan berita biasa?
3.    Tujuan MakalaUntuk mengetahui jenis-jenis fitur dalam koran kompas.
2.    Untuk mengetahui perbedaan fitur dengan ber

Bab 2
Pembahasan

1) Pengertian fitur
Berita taklangsung oleh Suhadang dipadankan dengan istilah Inggris feature news atau berita fitur (Sumarsono, 2008:69). Feature berbeda dengan berita biasa yang tidak boleh ditahan karena akan cepat basi. Karya jurnalistik berbentuk fitur tidak saja lebih enak dibaca, tapi juga abadi. Kalau berita biasa akan langsung usang besok hari, maka “fitur berita” dan “feature human interest” bisa bertahan berhari-hari bahkan berbulan-bulan. Banyak pakar yang mendifinisikan fitur dengan gaya yang berbeda-beda. Berikut adalah beberapa pengertian fitur.
Homby (1974) mendefinisikan kata feature sebagai (1) bagian wajah yang menarik; (2) (dalam bentuk jamak features) wajah secara keseluruhan; (3) bagian yang khas; (4) artikel atau berita yang menonjol atau penting dalam surat kabar. Mappatoto (2004) memakai istilah karangan khas (karkhas) untuk fitur.
Julian Harris, The Complete Reporter, New York : MacMillan Publishing House, 1985 : 169 menyebutkan bahwa secara umum arti kata feature (karkhas) meliputi satu daftar panjang tentang pelbagai daftar bahan mulai dari komik sampai tulisan yang disebut kolom, yang tidak digolongkan dalam berita-lempang. Artinya secara khusus adalah tulisan yang semata-mata berdasarkan daya pikat manusiawi (human interest) yang tidak terlalu terikat pada tata penulisan baku yang kaku seperti yang berlaku dalam berita-lempang.
Richard Weiner, Webster’s New World Dictionary of Media and Communications, New York :1990:177 menyebutkan makna fitur adalah suatu artikel atau karangan yang lebih ringan, atau lebih umum tentang daya pikat manusiawi, atau gaya hidup, ketimbang berita lempang yang ditulis dari peristiwa yang masih hangat.
Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta :Balai Pustaka, 1988:350 memberikan pengertian fitur sebagai karangan yang melukiskan suatu pernyataan dengan lebih terperinci sehingga apa yang dilaporkan hidup dan tergambar dalam imajinasi pembaca.
Sementara itu, Daniel R. Williamson, Feature Writing for Newspapers, New York: Hasting House Publishers, 1975:12 menyebutkan bahwa feature adalah artikel yang kreatif, kadang-kadang subjektif, yang dirancang terutama untuk menghibur dan memberi tahu pembaca tentang peristiwa, situasi atau aspek kehidupan.
Selain itu ada juga yang memberikan definisi fitur sebagai suatu cerita atau karangan khas yang berpijak pada fakta dan data yang diperoleh melalui proses jurnalisik.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa fitur adalah karangan (karya tulis, artikel, komik, kolom) yang isinya tentang daya pikat manusiawi (human interest) atau gaya hidup, peristiwa, situasi, aspek kehidupan, mempunyai tujuan, antara lain, untuk menghibur dan member tahu, dan ditulis dengan gaya yang ringan-umum-komunikatif (tidak kaku-formal), penuh kreativitas yang mungkin mengandung unsur subjektif pribadi penulisnya (Sumarsono:2008).
Bertolak dari pengertian di atas, maka segala hal yang berhubungan dengan fitur tidaklah sulit untuk kita temukan dalam koran KOMPAS. Tetapi hal itu akan lebih terperinnci dijelaskan pada jenis-jenis fitur.
2) Perbedaan Fitur dengan Berita Biasa
Segala hal yang ada di dunia tidaklah sama. Semuanya pasti berbeda. Dua orang kembar identik tidak akan pernah sama. Bukan hanya makhluk hidup yang memiliki perbedaan, tetapi juga benda mati. Fitur tidak dapat disamakan dengan berita biasa karena memiliki perbedaan-perbedaan sebagai berikut.
Fitur tidak dapat dikatakan sama dengan berita karena memiliki ciri dan sifat tersendiri, yakni 1) Informasinya tidak begitu penting untuk publik, tapi menarik. 2) Judulnya menggelitik, unik, bikin penasaran, lucu, atau aneh. 3) Tidak harus mengandung semua unsur berita [5W+1H]. 4) Umumnya ditulis tidak dengan format piramida terbalik. 5) Redaktur tidak boleh asal memotong fitur; satu kalimat saja diubah letaknya bisa berpengaruh pada kualitas fitur. 6) Teknik penulisannya mengalir dan personal; gaya bahasanya ringan dan renyah dibaca. 7) Memancing pembaca untuk tersenyum, menangis, marah, protes, atau kaget. 8) Meninggalkan bekas mendalam pada benak pembaca.
Berikut ini adalah contoh fitur dalam KOMPAS, KAMIS, 7 Mei 2009
SOSOK
LeBron James, Gabungan Bakat dan Usaha
“Tidak aka nada orang di sana, “ piker Pelatih Cleveland Cavaliers Mike Brown pada suatau pagi di bulan Mei 2008. Pagi itu, Brown mengajak putranya, Elijah, pergi ke fasilitas klub Cavaliers untuk manghabiskan waktu bersama.

Seperti halnya fitur, berita juga memiliki ciri dan sifat yang dapat membedakannya dengan fitur. Yaitu, 1) Informasinya penting untuk segera diketahui masyarakat luas. 2) Judulnya kaku, datar, cenderung formal. 3) Wajib mengandung semua unsur berita [5W+1H]. 4) Harus ditulis dalam bentuk piramida terbalik. 5) Redaktur bisa dengan mudah menghapus beberapa alinea bahkan lebih setengah dari isi berita. 6) Teknik penulisannya kaku; gaya bahasa yang dipakai adalah “standar umum” pers. 7) Sekadar membuat pembaca “menjadi tahu” tentang apa yang terjadi. 8) Segera dilupakan pembaca setelah ada berita terbaru besok hari.
Berikut adalah contoh berita dalam KOMPAS,Minggu, 10 Mei 2009
49,6 Juta Orang Tak Memilih
Sembilan Partai Politik Lolos ke DPR
 JAKARTA, KOMPAS- Warga negara yang memiliki hak pilih, tetapi tidak menggunakan haknya atau menjadi golongan putih dalam pemilu lagislatif lalu mencapai 49.677.076 orang atau 29,01 persen dari jumlah pemilih yang terdaftar dalam daftar pemilih tetap.
Jumlah itu lebih besar dari pemerolehan suara Partai Demokrat yang perolehan suaranya terbesar, yaitu 21.703.137 suara.

Dari kutipan fitur dan berita pada koran KOMPAS jelas sekali ada perbedaan antara fitur dan berita yang telah dipaparkan di atas. Jika dilihat dari segi judul dan bahasa, bahasa dan judul fitur lebih mudah dibaca dan judulnya tidak terlalu formal. Sedangkan berita menggunakan bahasa dan judul yang baku dan formal.
3) Fungsi Fitur
Segala hal yang diciptakan pastilah memiliki fungsi atau kegunaan. Fitur juga memiliki fungsi atau kegunaan itu. Adapun fungsi atau kegunaan itu adalah untuk melengkapi sajian berita langsung (straight news), pemberi informasi tentang suatu situasi, keadaan, atau peristiwa yang terjadi, penghibur dan pengembangan immajinasi yang menyenangkan, wahana pemberi nilai dan makna terhadap suatu keadaan atau peristiwa, dan sebagai sarana ekspresi yang paling efektif dalam mempengaruhi khalayak.
4) Jenis-jenis Fitur
Jenis-jenis feature menurut Ermanto (2005: 149-150) sebagai berikut
     1.Feature human interest
Feature human interest adalah feature  yang menyajikan pemasalahan-permasalahan kehidupan yang memiliki daya tarik manusiawi /human interest, permasalahan hidup yang menyentuh rasa/lubukhati manusia. Ada rasa haru,  takjub, simpati dari permasalahan yang disajikan, biasanya permasalahan itu diabaikan wartawan untuk menjadi berita atau reportase, tetapi wartawan merasakan ada informasi yang mampu menyentuh hati orang lain bila mengetahuinya.
Contoh
KOMPAS, Minggu, 3 Mei 2009
SUSUR SELATAN JAWA 2009
Secercah Harapan Air Murah Menjelang Kemarau
Mbah Wiryo Suwito menggosok seluruh tubuh keriputnya dengan daun jarak muda di tepi Telaga Lebak, di perbukitan karst, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Daun yang seluruhnya hancur teremas itu, pengganti  sabun mandi yang tak lagi terbeli oleh petani Dusun Kemiri itu.
Menjelang musim kemarau seperti saat ini, Sabtu (2/5), perempuan desa seperti Mbah Wiryo harus bersiasat untuk menghemat uang. Sebentar lagi, duit yang berhasil mereka simpan dari penjualan hasil bumi dan ternak selama setahun harus  segera dibelanjakan minimal Rp. 700.000 per keluarga untuk pembelian air pada musim kemarau.
SISI LAIN
Kami Bukan Pencuri, Cuma Cari Upah Panggul…
Dengan tubuh yang nyaris tidak dapat bergerak di bangsalnya di Ruang Dahlia RS PMI Bogor, Ny Wiwin bersikeras bahwa dia dan Herman (40), suaminya, tidak berniat mencuri jagung. “ Saya dan suami hanya berpikir, besok dapat uang dari upah maggul jagung. Uangnya untuk berobat Nur (14) yang sakit karena masih suka muntah darah,” katanya.
Ibu tujuh anak itu adalah korban pengeroyokan di Kampung Wangun, Desa Sindangsari, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jumat(1/5) dini hari. Hal itu terjadi setelah warga memergoki Wiwin dan Herman tengah membawa lima karung jagung muda milik Rusdi, warga setempat.

KOMPAS, Rabu, 6 Mei 2009
SUSUR SELATAN JAWA 2009
Keruhnya Kehidupan Warga Majingklak
Somono (35) mengangkat segayung air dan menunjukkan air berwarna kecoklatan dari bak mandi rumahnya. Di dasar bak, tampak endapan lumpur setebal 15 sentimeter. “Air ini yang sehari-hari kami pakai. Kami menyedot dari Sungai Citanduy,” kata Sumono, nelayan Kampung Manjingklak, Desa Pamotan, Kecamatan Kalipucang, Ciamis, Jawa Barat.

KOMPAS, Jumat, 8 Mei 2009
SUSUR SELATAN JAWA 2009
Kisah Pengembara Penakluk Lintas Selatan Jabar
Lima laki-laki memenuhi satu kamar di Penginapan Irayo. Satu di antara mereka sibuk menghitung sederet angka di buku yang dipegangnya, sementar yang lain mengobrol sambil menonton televisi.
Seminggu sekali mereka bisa bertemu di kamar penginapan sederhana berukuran 3 meter x 4 meter tanpa pendingin ruangan tersebut. Air untuk mandi, kadang kala ada, tetapi sering kali mati. “Minggu ini penjualan tercatat Rp 10 juta. Targetnya 2 juta lagi sehingga masih hharus bekerja keras”, kata Andi Priyana (22), seorang tenaga panjualan yang sering di sebut kansaver, saat mereka bermalam di Penginapan Irayo, kecamatan Sindangbarang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Rabu (6/5) malam.

      2.Feature sejarah
          Feature sejarah adalah feature yang mengangkat persoalan sejarah yang menarik untuk dicerna pembaca masa kini. Persoalan-persoalan yang terdapat dalam peristiwa sejarah panttas disajikan kembali, sepanjang wartawan mampu menemukan sisi yang menarik. Peristiwa perjuangan, proklamasi, G30 S PKI, dan banyak lagi peristiwa sejarah lain yang mampu disajikan kembali menurut sudut pandang tertentu. Sajian itu berisi informasi yang menarik dan bermanfaat.

     3.Feature biografi
Feature biografi adalah feature yang mengangkat sosok yang terkenal. Keberhasilan dan sikap hidup yang disegani atau dikagumi amat penting diketahui masyarakat. Karena dirasakan amat penting wartawan menyajikan sosok orang itu melalui surat kabar dalam bentuk feature. Seperti kesederhanaan hidup orang kaya, atau pejabat rendah hati, dan sebagainya. Ada sisi-sisi menarik dalam perjalanan hidup mereka. Inilah disajikan wartawan dalam bentuk feature.
Contoh
KOMPAS, 3 Mei 2009
AKU & GAYAKU
Putu Wijaya, Belajar
Masih bisakah Anda mengenali Putu Wijaya saat ia tidak mengennakan topi khususnya? Kecuali bagi mereka yang sudah mengenal sangat dekat, dijamin susah melakukan itu karena Putu sudah terlanjur identik dengan topinya itu selama berpuluh-puluh tahun.

KOMPAS, Selasa, 5 Mei 2009
SOSOK
Wamin, Mbahnya Nelayan Yogyakarta

Awal tahun 1983, untuk pertama kalinya Wamin (59) menginjakkan kaki di Pantai Sadeng, Kabupaten Gunung Kidul, DI Yogyakarta. Ketika 29 rekannya sesama nelayan Cilacap menyerah dan kembali pulang, Wamin tetap bertahan. Dia kemudian menjadi guru yang menciptakan nelayan lokal general pertama di wilayah pantai Kabupaten Gunung Kidul, Bantul, dan Kulon Progo.

KOMPAS, Selasa, 5 Mei 2009

NAMA & PERISTIWA
GIGI
Main Film

Setelah sukses menggelar konser kecil di Bentara Budaya Jakarta, Kamis (30/4), grup music GIGI bersiap-siap “ganti profesi” sejenak. Para personel band, yang terdiri atas Armand Maulana (vokal), Dewa Budjana (gitar), Thomas Ramdhan (bas), dan Gusti Hendy (drum), dalam waktu dekat ini akan berakting untuk sebuah film layar lebar. “Judul filmnya Bebek Belur,” tutur Armand mewakili teman-temannya.

KOMPAS, Selasa 5 Mei 2009

ERNIE DJOHAN
Perjalanannya terbalik
Rasanya tiidak ada artis yang tidak terlihat pada ulah tahun ke-15 Studio Foto Malibu di Jakarta, Minggu (3/5). Tak mungkin disebut satu-satu. Dari angkatan lama, taruhlah Ernie Djohan, sampai remaja seperti Chelsea Olivia. Malam itu juga Malibu mandapat penghargaan dari Muri (Museum Rekor-Dunia Indonesia) sebagai “foto studio yang memotret selebriti terbanyak” (lebih dari 888 pesohor).

KOMPAS, Rabu, 6 Mei 2009

SOSOK
Taqiyuddin, Menyelamatkan Jejak Pasai
Puluhan tahun, terutama pada masa konflik, ribuan makam tua di Aceh Utara tak terurus. Tak banyak studi tentang batu bersurat peninggalan Kerajaan Samudra Pasai. Padahal, bebatuan ini menyimpan jejak kejayaan peradaban pesisir timur Aceh. Bagi Taqituddin Muhammad, epigrafi dalam prasasti itu adalah bagian dari Kerajaan Pasai yang perlu diselamatkan.

KOMPAS, Rabu, 6 Mei 2009

NAMA & PERISTIWA

THE CHANGCUTERS
“Bertahan Sampai Mati”
Setelah bermain dalam film bioskop The Tarix Jabrik, band The Changcuters tak sabR membuat gebrakan baru. Personel band asal Bandung ini, Tria, Dipa, Qibil, Alda, dan Erick akan meluncurkan komik The Changcuters berjudul Wow Man.

JENNIFER LOPEZ
Betah Di Rumah
Meski diberitakan gaya hidup gemerlap, aktris Jennifer Lopez (39) betah tinggal di rumah. Penyanyi, pemain film, sekaligus ibu dari anak kembar berusia 14 bulan, Max dan Emme, ini senang di rumah karena diia suka mengobrol Marc Anthony, suaminya.

SYAMSUL ARIFIN
Kerabat dan Caleg        
Tidak seperti halnya sebagian pejabat lain di Indonesia yang bernafsu menyertakan anak, istri, dan kerabat mereka sebagai calon anggota legislative, Gubernur Sumatera Utara Syamsul Arifin malah terang-terangan mengatakan tidak inginanak dan istrinya menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

SHIA LABEOUF
Tak Ada Alkohol
Shia Labeouf (22) berjanji kepada diri sendiri untuk tidak menyetir setelah mngonsumsi alcohol. Pada September 2008, bintang film the Transformer ini menabrakkan mobilnya. Akibatnya, surat izin mengemudinya ditarik polisi.

KOMPAS, Jumat, 8 Mei 2009
SOSOK
Martinelli, Jutawan Jadi Presiden          

Lima tahun lalu, Ricardo Martinelli mencalonkan diri sebagai Presiden Panama. Kandidat dari golongan konservatif yang probisnis itu ada di tempat terakhir dari empat kandidat dengan 5,3 persen suara.
KOMPAS, Jumat, 8 Mei 2009
NAMA & PERISTIWA

KANGEN BAND
Gadis Pujaan
                  
Doddy (25), gitaris Kangen Band bercerita tentang kisah kasihnya yang tak sampai lewat lagu “Pujaan Hati”. Ceritanya, gadis itu adalah teman masa kecilnya di Bandar Lampung. Setelah bertahun-tahun ditolak, masih saja  memendam perasaan cinta itu, lalu dicurahkannya lewat lagu.


ADHYAKSA DAULT
Mainkan Gitar Jubing

Adhyaksa Dault (46) mencoba memainkan gitar, Kamis (7/5), di Bentara Budaya Jakarta (BBJ). Menteri Negara Pemuda dan Olahraga itu mencuri-curi kesempatan di sela-sela acara Pameran Foto dan Penganugrahan Penghargaan Museum Rekor-Dunia Indonesia (Muri).

Semula, gitaris Jubing Kristanto tampil memainkan gitar yang tidak saja unik dari bentuk fisiknya, tetapi gitar elektrik Silent Guitar produksi Pulo Gadung itu menghasilkan bunyi gitar akustik-klasik.

LUNA MAYA
Stres Berlipat
Pembawa acara Luna Maya (25) bosan selalu berperan sebagai cewek yang harus tampil sendu dalam film. Dia ingin suatu saat mendapat peran yang lebih menantang agar tak terlihat selalu lemah.

ANDIBACHTIAR YUSUF
Preseden Buruk
Sutradara Andibachtiar Yusuf (34) berharap para pengeroyok yang memukul dagunya menonton filmnya secara utuh di bioskop. “Agar semua bisa melihat, tak ada adegan yang berniat menghina orang Sunda dalam film itu,” tutur Ucup, panggilannya.

 KOMPAS, Jumat 8 Mei 2009
                                      
MUSIK
BOB DYLAN
Tua-tua Keladi, Makin Tua Makin Jadi

Tua-tua keladi, makin tua makin jadi. Bob Dylan, yang 24 Mei 2009 ini genap berusia 68 tahun, mencatat prestasi fenomenal. Album studionya yang ke-33, Together Through Life, awal pecan ini menerobos ke tempat pertama di Inggris.


      4.Feature perjalanan
Feature perjalanan objeknya hampir sama dengan reportase, sebab perjalanan wartawan dapat dijadikan reportase. Dalam penulisan reportase, permasalahan yang ditemui dalam perjalanan dijadikan dalam pendalaman data dan fakta. Sedangkan dalam penulisan feature, permasalahan yang dijadikan feature ialah permasalahan yang dianggap penting walaupun sederhana, menarik, dan bermanfaat bagi pembaca.

Contoh
KOMPAS, Minggu, 3 Mei 2009
Wisata Kuliner Dari Barat Ke Timur
Wisata menyusur zamrud khatulistiwa tidak hanya menawarkan tamasya yang menyenangkan mata dan hati, tetapi juga menyajikan beragam penganan yang menggoyang lidah, mari susuri kuliner dari barat sampai timur.

KOMPAS, Minggu, 3 Mei 2009
Berwisata, Tertidur…
Berwisata dengan bus transjakarta sebenarnya belum banyak dimanfaatkan. Bagi sebagian orang, naik bus transjakarta justru bikin repot, mendingan naik kendaraan pribadi yang bisa langsung parker di lokasi yang dituju. Namun, bagi orang yang terbiasa ke mana- mana menggunakan angkutan umum, naik bus ini tentunya lebih nyaman dan menyenangkan.


KOMPAS, Selasa, 5 Mei 2009
Mengakhiri Hari di Uluwatu
Ibarat beravontur dengan indera pengecap, demikian halnya saat bertualang di tempat asing. Setiap rangkaiannya bisa terbagi menjadi pembuka, utama dan penutup yang berpadu sinergis untuk menjadi mozaik cerita yang tak lekang oleh waktu.

Di Bali, mencari “hidangan” penutup perjalanan mungkin bukan hal yang sulit.yang dikelilingi pantai-pantai indah itu menawarkan spot-spot cantik untuk menikmati panorama matahari tenggelam.

Salah satu yang spektakuler adalah menikmati sunset dari ketinggian lebih dari 50 m di atas laut, di Uluwatu. Terletak sekitar 45 menit dari Nusa Dua, di selatan Bali, di sinilah tempat yang tepat merasakan hangatnya sinar dan temaram warna senja matahari yang terlihat-seolah-lebih dekat. 

KOMPAS, Jumat, 8 Mei 2009

Tour de Singkarak, Gairah Baru Mingkabau

Satu lagi ajang balap sepeda internasional bergulir di Indonesia. Tak lagi di Jawa, seperti Tour d’Indonesia dan Tour de East Java, melainkan di Sumatera. Tour de Singkarak tak hanya menambah semarak agenda balap sepeda negeri ini, tetapi juga bukti: hajatan olahraga dunia seharusnya tak Cuma di pulau Jawa.

      5.Feature petunjuk melakukan sesuatu
Mengajarkan kepada orang lain untuk melakukan sesuatu. Feature ini biasanya berbentuk tulisan-tulisan yang member petunjuk sederhana. Materinyapun biasanya berbentuk tulisan-yulisan yang ,emberi petunjuk sederhana. Materinya pun sederhana, tetapi sangat bermanfaat, karena sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari oleh pembaca. Contoh, tulisan yang berisi petunjuk menata ruangan sempit hingga memberi kesan luas dan masih banyak lagi. Pada intinya, feature ini berbentuk praktis, mudah diterapkan untuk mangatasi persoalan kehidupan yang ditemui setiap hari.

Contoh
KOMPAS, Minggu, 3 Mei 2009
Gebyar Sensasi Layar lebar
Relaksasi menjadi hal yang amat penting bagi setiap orang, terutama bagi mereka yang setiap hari menjalani rutinitas atau menghadapi tumpukan pekerjaan. Wajar kalau kemudian libur akhir pekan umumnya menjadi hal yang ditunggu, karena ibarat oase, saat itulah orang bisa menjalankan kesukaannya masing-masing untuk menyegarkan hati dan pikiran. Ada banyak cara untuk berelaksasi, mulai dari menjalankan hobi hingga mengibur diri dengan berbagai macam hiburan dan aktivitas seperti, pergi ke taman rekreasi, mencuci mata di pusat perbelanjaan, hingga menonton film.

KOMPAS, Senin, 4 Mei 2009

Gagal Berbisnis karena Baterai Ponsel Habis?
Geram rasanya jika transaksi bisnis menjadi terkendala gara-gara kehabisan baterai. Agar tidak terjadi hal yang seperti ini, sebaiknya Anda belajar bijak menggunakan ponsel, terutama pada bagian baterainya.

KOMPAS, Selasa, 5 Mei 2009
Cara Alami Mengatasi Sulit Tidur
Tidur berkualitas merupakan kondisi istirahat yang diidamkan setiap orang. Namun, di tengah kesibukan dan rutinitas bekerja, jam tidur kerap berkurang dan tidur tidak nyenyak. Efeknya, ketika bangun pagi badan terasa kurang fit, sering merasa mangantuk di siang hari, sulit berkonsentrasi, dan mudah pusing.

Untuk membantu mengatasi sulit tidur, ada baiknya jika dimulai dengan mengatur hidup yang sehat. Keseimbangan antara olahraga  teratur dan pola makan sehat serta lingkungan tempat tidur memengaruhi kualitas istirahat di malam hari.  

KOMPAS, Selasa, 5 Mei 2009

KLINIK FOTOGRAFI

KIAT MEMOTRET DI KEBUN BINATANG
Satwa tiidak bisa diatur layaknya model. Memotret satwa adalah memotret makhluk hidup apa adanya. Kalaupun kita ingin mendapatkan foto satwa dalam keadaan atau pose tertentu, diperlukan usaha tertentu pula. Yang pasti, memotret satwa butuh daya khayal yang baik, disertai dengan pengamatan yang jeli pada sifat-sifat dan kebiasaan-kebiasaan satwa yang akan kita potret. Dan yang tidak boleh dilupakan pula, keberuntungan. Adakalanya tiba-tiba ada seekor satwa berpose dengan sangat fotogenik di depan kita. Kalau kemera siap, beruntunglah kita.

KOMPAS, Rabu, 6 Mei 2009

Wujudkan Pendidikan Terbaik demi Anak Tercinta
Pendidikan merupakan salah satu tiket keberhasilan seseorang di masa depan. Oleh sebab itu, agar anak mendapatkan pendidikan yang tepat, berbagai persiapan pun perlu dilakukan orangtua sejak dini. Apalagi jika melihat mahalnya harga pendidikan yang berkualitas sekarang ini.


KOMPAS, Kamis, 7 Mei 2009
KESEHATAN
Tangkal Penyebaran Virus dengan Plasma
Penyebaran bibit penyakit berbahaya lewat udara dapat ditangkal dengan menggunakan system pembersiih udara. System yang dikenal dengan “plasma klaster” itu dipadukan pada system pendingin ruangan. Kini dikembangkanlah generator plasma yang bisa membasmi virus atau bakteri lebih efektif.


KOMPAS, JUMAT, 8 Mei 2009
SEKS?
Kita Bisa Jaga Diri..
Minggu, 15 Maret 2009, dua sobat MuDA, Wulan (19) dan Andika (19), terpaksa nikah muda. Waktu akad nikah digelar, perut Wulan membuncit sebab dia lagi hamil 8 bulan. Tetangga Wulan yang tinggal di Cakung, Jakarta Timur, enggak diundang karena keluarganya malu. Hanya Pak RT yang tahu, sebab pernikahan mereka harus terdaftar di Kantor Urusan Agama.
KIAT BIAR SELAMAT
  Sejak awal, kita mesti kompak sama ortu. Jadi, kita bisa berdiskusi alias curhat tentang semua hal termasuk seks. Ini bisa membangun sikap seksual yang positif.
  Pahami agama lebih dalam. Jangan cuma melakukan ritualnya saja.
  Kembangkan minat dan bakat. Lakukan hobi yyang positif biar nggak punya waktu bengong. Lebih baik kalau kegiatan ini dilakukan ramai-ramai.
  Belajar pacaran yang “sehat”, dan seks bukan pelampiasan.
  Perlakukan seks dengan penuh norma dan bermakna sacral.
  Sabar, semua itu akan ada waktunya termasuk seks.

     6. Feature ilmiah
Feature ilmiah berisi materi ilmu pengetahuan, bisa berupa hal-hal yang sudah diketahui pembaca atau belum diketahui, tetapi pernah didengarkan. Materinya ilmiah tetapi,penyajiannya secara sederhana, lincah, dan menarik.

Selain jenis-jenis feature yang telah disebutkan diatas, Wicaksono (2007) membagi jenis-jenis feature sebagi berikut
   1)Feature kepribadian (profil)
Profil mengungkap menusia yang menarik, misalnya, tentang seseorang yang secara dramatik, melalui berbagai liku-liku,kemudian mencapai karir yang istimewa dan sukses atau menjadi terkenal karena kepribadian mereka yang penuh warna. Agar efektif,profil seperti ini lebih dari sekadar daftar pencapaian dan tanggal-tanggal penting dari kehidupan si individu.  Profil harus bisa mengungkap karakter manusia itu. Untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan,penulis feature tentang pribadi seperti ini seringkali harus mengamati subyek mereka ketika bekerja; mengunjungi rumah mereka dan mewawancara temen-teman, kerabat dan kawan bisnis mereka. Profil yang komplet sebaiknya disertai kutipan-kutipan si subyek yang bisa menggambarkan dengan pas karakternya. Profil yang baik juga semestinya bisa memberikan kesan kepada pembacanya bahwa mereka telah bertemu dan berbicara ddengan sang tokoh. Banyak sumber yang diwawancara mungkin secara terbuka berani mengejutkan anda dengan menguingkap rahasia pribadi atau anekdor tentang si subjek.

              2) Feature sejarah
Feature sejarah memperingati tanggal-tanggal dari peristiwa penting, seperti proklamasi kemerdekaan, pembunuhan jendral-jendral revolusi. Koran juga sering menerbitkan feature peringatan seratus tahun lahirnya atau meninggalnya seorang tokoh. Kisah feature sejarah juga bisa terikat pada peritiwa-p[eristiwa yang mutakhir membangkitkan minat dalam topik mereka.

   3)Feature petualangan
Melukiskan pengalaman-pengalaman istinmewa dan mencengangkan, mungkin pengalaman seseorang yang selamat dari sebuah kecelakaan pesewat terbang, mendaki gunung, berlayar keliling dunia, pengalaman ikut dalam peperangan. Dan feature jenis ini kutipan dan deskripsi sangat penting. Setelah bencana, misalnya, penulis feature sering menggunakan saksi hidup untuk merekontruksikan peristiwa itu sendiri.

   4) Feature musiman
Reporter seringkali ditugasi untuk menulis feature tentang musim dan liburan, tentang hari raya, natal, dan musim kemarau. Kisah sepertio itu sangat sulit ditulis, karena agar tetap menarik,reporter harus menemukan angle atau sudut ppandang yang segar. Contoh yang bisa dipakai adalah bagaimana seorang penulis penyamar menjadi sinterklas di hari natal untuk merekam respon atau tingkah llaku anak-anak di seputar hari raya itu.

   5)Feature interpretative
       Feature dari jenis ini mencoba memberikan deskripsi dan penjelasan lebih detail terhadap topic-topik yang telah diberitakan. Feature interpretative bisa menyajikan sebuah organisasi, aktivitas, trend atau gagsan tertentu. Misalnya, setelah kisah berita m,enggambarkan aksi terorisme, feature interpretative mungkin mengkaji identiras, taktik dan tujuan terorisme

   6)Feature kiat (how-to-do-it feature)
Feature ini berkisah kepada pembacanya bagaimana melakukan sesuatu hal: bagaimana membeli rumah, menemukan pekerjaan, bertanam kebun,mereparasi mobil atau mempererat tali perkawinan. Kisah seperti ini seringkali lebih pendek ketimbang jenis feature lain dan lebih sulit dalam penulisannya.

Contoh pada KOMPAS, Jumat 8 Mei 2009

Jadikan Furnitur Klasik Tetap Cantik
Zaman boleh serba modern, namun desain yang satu ini tak pernah terasa using. Furnitur klasik tetap bertahan dalam setiap era, terselip di antara tren gaya yang sedang berlangsung pada masa itu. Saat ini bahkan furnitur klasik kembbali naik daun menjadi salah satu tren yang digemmari meski dengan sedikit sentuhan modern pada desainnya.

Terkait denga estetika, alangkah penting merawat furniture klasik agar keindahannya tetap terjaga. Yang utama adalah tidak meletakkannya di area yang terkena sinar matahari langsung. Hal ini mungkin kerap terlihat sepele, namun dalam waktu lama sinar matahari tersebut membuat finishing dan warna furniture cepat terlihat kusam.

Usahakan pula untuk mempeliturnya secara berkala, misalnya 3-4 bulan sekali agar warna finishing tetap cantik. Sementara itu, untuk perawatan harian, cukup dibersihkan dengan menggunakan lap kering yang lembut.   

       KOMPAS, Jumat, 8 Mei 2009
      
FITUR KLASIKA
Diabetes dan Disfungsi Seksual
Peneliti dari American Diabetes Association, Profesor David Penson melaporkan hasil penelitiannya dalam jurnal terkemuka Diabetes Care No.26, tahun 2002, bahwa pengidap diabetes memiliki rata-rata 4-10 risiko lebih tinggi mengalami disfungsi ereksi (DE) dibandingkan dengan laki-laki tanpa diabetes. Disfungsi ereksi atau dikenal pula sebagai impotensi merupakan komplikasi tersembunyi yang paling banyak dialami penderita diabetes.

Bab 3
Penutup
1.    Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan di atas, fitur adalah karangan (karya tulis, artikel, komik, kolom) yang isinya tentang daya pikat manusiawi (human interest) atau gaya hidup, peristiwa, situasi, aspek kehidupan, mempunyai tujuan, antara lain, untuk menghibur dan memberi tahu, dan ditulis dengan gaya yang ringan-umum-komunikatif (tidak kaku-formal), penuh kreativitas yang mungkin mengandung unsur subjektif pribadi penulisnya (Sumarsono:2008).
Fitur berbeda dengan berita. Perbedaan itu terletak pada ciri dan sifat. Ciri dan sifat fitur yakni 1) Informasinya tidak begitu penting untuk publik, tapi menarik. 2) Judulnya menggelitik, unik, bikin penasaran, lucu, atau aneh. 3) Tidak harus mengandung semua unsur berita [5W+1H]. 4) Umumnya ditulis tidak dengan format piramida terbalik. 5) Redaktur tidak boleh asal memotong feature; satu kalimat saja diubah letaknya bisa berpengaruh pada kualitas feature. 6) Teknik penulisannya mengalir dan personal; gaya bahasanya ringan dan renyah dibaca. 7) Memancing pembaca untuk tersenyum, menangis, marah, protes, atau kaget. 8) Meninggalkan bekas mendalam pada benak pembaca. Sedangkan ciri dan sifat berita yaitu, 1) Informasinya penting untuk segera diketahui masyarakat luas. 2) Judulnya kaku, datar, cenderung formal. 3) Wajib mengandung semua unsur berita [5W+1H]. 4) Harus ditulis dalam bentuk piramida terbalik. 5) Redaktur bisa dengan mudah menghapus beberapa alinea bahkan lebih setengah dari isi berita. 6) Teknik penulisannya kaku; gaya bahasa yang dipakai adalah “standar umum” pers. 7) Sekadar membuat pembaca “menjadi tahu” tentang apa yang terjadi. 8) Segera dilupakan pembaca setelah ada berita terbaru besok hari.
Fitur dibagi menjadi 8 jenis, yakni feature human interest, sejarah, biografi atau kepribadian, perjalanan, kiat atau petunjuk melakukan sesuatu, ilmiah (feature petualangan, musiman, interpretatif).
2.    Saran
Berdasarkan simpulan diatas, maka perlu disarankan hal-hal sebagai berikut:
1.    dalam rangka pembinaan dan pengembanga dunia jurnalistik terutama  dalam koran kompas perlu terus dikembangkan.
2.    untuk lebih memperdalam pemahaman terhadap jurnalistik  perlu diadakan penelitian yang lebih mendalam.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. http://bolgspot.com. diakses pada tanggal 23 April 2009.
Anonim. http://one. Indoskripsi.com. diakses pada tanggal 23 April 2009.
Sumarsono. 2008. Pengantar Jurnalistik. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha